Pendahuluan
Dalam ilmu psikologi , teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus – respons dan teori – teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan yang terus menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan proses belajar ( Tan, 1981;91 dalam buku Psikologi Umum Alex Sobur).
Salah satu teori belajar yang menghubungkan antara stimulus dan respons adalah teori conditioning yang dikenalkan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respon. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Ivan Palvov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. "Baca Lebih lanjut...."
II. Teori ConditioningBentuk paling sederhana dalam belajar adalah conditioning. Karena conditioning sangat sederhana bentuknya dan sangat luas sifatnya, para ahli sering mengambilnya sebagai contoh untuk menjelaskan dasar dasar dari semua proses belajar. Peletak dasar teori conditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov. Secara kebetulan Conditioning refleks (psychic refleks) ditemukan oleh Pavlov pada waktu ia sedang mempelajari fungsi perut dan mengukur cairan yang dikeluarkan dari perut ketika anjing (sebagai binatang percobaannya) sedang makan.
Ketika Pavlov mengukur sekresi perut saat anjing merespon bubuk makanan dia melihat bahwa hanya dengan melihat makanan telah menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Selain itu ketika anjing mendengar langkah kaki peneliti juga mengeluarkan air liur. Pada awalnya Pavlov menganggap respons tersebut sebagai reflek “psikis”.
Gambar 1. Selang yang dimasukkan lewat pipi anjing. Ketika anjing mengeluarkan air liur dan dikumpulkan pada tabung percobaan dan kuantitasnya dicatat di drum yang berputar ke kiri
Selanjutnya ia mengembangkan dan mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan studi perilaku (behavior study) yang dikondisikan, yang kemudian dikenal dengan Classical Conditioning.Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. Jadi classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan (conditioning process).
III. Eksperimen Teori Belajar Ivan Pavlov
Dalam eksperimen ini Pavlov ingin membuktikan bahwa belajar adalah suatu pengkondisian sehingga dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka sebagai reflek “psikis“ dan tidak dapat dikendalikan seperti keluarnya air liur dalam percobaannya.
A. Refleks Yang Dikondisikan
Unsur pokok yang dibutuhkan dalam melahirkan Pengkondisian Pavlovian atau Pengkondisian Klasik adalah
1. Unconditioned Stimulus( US ) / Stimulus yang tak dikondisikan untuk menimbulkan respon alamiah atau otomatis dari organisme.
2. Uncoditioned Response ( UR ) / Respon yang tak dikondisikan atau respon alamiah yang timbul akibat adanya stimulus yang tak dikondisikan ( US ).
3. Conditioned Stimulus ( CS ) / Stimulus yang dikondisikan merupakan stimulus netral yang tidak menimbulkan respon alamiah atau otomatis pada organisme.
4. Conditioned Response ( CR ) / Respon yang dikondisikan yang timbul akibat adanya campuran atau kombinasi antara stimulus yang tak dikondisikan dengan stimulus yang dikondisikan.
Untuk memproduksi CR maka CS dan US harus dipasangkan beberapa kali. Prosedur ini digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Prosedur training : CS – US – UR
Demonstrasi Pengkondisian : CS ( disajikan sendiri ) – CR
Pavlov mencontohkan pengkondisian tersebut US adalah larutan asam, UR adalah air liur dan CS adalah suara. Suara, tentu saja secara normal tidak akan menyebabkan anjing berliur, tetapi setelah dipasangkan dengan larutan asam, suara memiliki kemampuan untuk menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Pengeluaran air liur akibat mendengarkan suara adalah CR.
Contoh lainnya dalam pembelajaran
Ketika praktik didalam laboratorium guru menyuruh siswa membuka aplikasi excell (US), dan guru mengetik pada excell (CS)kemudian siswa membuka aplikasi excell seperti yang diperintahkan guru dan mengetik sesuai dengan contoh (UR), dan perilaku tersebut dilakukan guru dalam dua pertemuan, ketika pertemuan ke tiga guru langsung mengetik dokumen pada excell (CS) dan secara langsung siswa mengikuti membuka aplikasi excell dan mengetik di excell tanpa disuruh (CR). Seandainya CS tidak dipasangkan dengan US maka siswa akan kebingungan dan bertanya maksud guru mengetik seperti yang dicontohkan.
Sehingga Pavlov berpendapat bahwa UR dan CR selalu merupakan jenis respons yang sama jika UR adalah keluarnya air liur maka CR juga keluarnya air liur atau siswa yang mengikuti guru membuka aplikasi excell dan mengetik di excell.
B. Pengkondisian Tingkat Tinggi
Setelah CS dipasangkan dengan US beberapa kali, ia dapat dipakai seperti US. Dalam artian CS setelah dipasangkan beberapa kali dengan US, CS akan mengembangkan penguatan sendiri dan dapat dipasangkan dengan CS kedua untuk menghasilkan CR.
Contoh: Kedipan cahaya (CS) dengan penyajian makanan (US) setelah beberapa kali dipasangkan penyajian cahaya saja akan menyebabkan anjing mengeluarkan liur sebagai respon yang dikondisikan (CR). Sekarang kedipan cahaya itu (CS1) sudah dapat menimbulkan air liur dan dapat dipasangkan dengan CS kedua misal suara dengungan dan dikondisikan sama dengan awal. Suara dengungan disajikan (CS2) dan kemudian disajikan cahaya,tetapi dalam pengkondisian kedua penyajian makanan (US) sudah tidak dipakai. Setelah beberapa kali dipasangkan dengungan suara (CS2) saja sudah menyebabkan hewan mengeluarkan air liur.
Contoh lainnya dalam pembelajaran: Ketika praktik guru menyuruh siswa membuka aplikasi excell (US), dan guru mengetik pada excell (CS)kemudian siswa membuka aplikasi excell seperti yang diperintahkan guru dan mengetik sesuai dengan contoh (UR), dan perilaku tersebut dilakukan guru dalam dua pertemuan, ketika pertemuan ke tiga guru langsung mengetik dokumen pada excell (CS) dan secara langsung siswa mengikuti membuka aplikasi excell dan mengetik di excell tanpa disuruh (CR). Seandainya CS tidak dipasangkan dengan US maka siswa akan kebingungan dan bertanya maksud guru mengetik seperti yang dicontohkan. Pada pertemuan ke empat Guru langsung menyampaikan melanjutkan materi berikutnya (Sebagai CS baru / CS2) dan Guru langsung mengetik di excell (CS1), tanpa menyuruh siswa membuka aplikasi excell (US), setelah dilakukan dalam dua pertemuan, pada pertemuan berikutnya ketika guru menyampaikan materi berikutnya secara spontan siswa langsung membuka excell kemudian mengetik seperti apa yang dicontohkan guru.
Dalam contoh diatas CS pertama dipakai seperti US yang berfungsi menghasilkan respons yang dikondisikan. Dan ini dinamakan pengkondisian tingkat kedua. CS pertama secondary reinforcer (penguat sekunder) yang digunakan untuk mengkondisikan stimulus baru, karena penguat sekunder (CS 1) tidak dapat berkembang tanpa US, maka US dinamakan primary reinforcer (penguat primer).
C. Generalisasi
Rangsangan yang sama akan menghasilkan tindak balas yang sama. Ilustrasi dari Generalisasi seorang anak kecil merasa sangat takut pada anjing besar dan galak. Tentu anak tersebut akan memberi respon rasa takut pada semua anjing Tapi melalui penguatan rentang stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak saja. Dalam kasus ini ketika anak kecil tersebut melihat anjing berukuran agak besar anak tersebut sedikit takut karena tidak terlalu galak tetapi ketika melihat anjing yang berukuran besar maka anak kecil tersebut semakin sangat takut karena dia merasa anjing tersebut galak. Jadi semakin mendekati stimulus maka respon semakin besar
D. Diskriminasi
Lawan dari generalisasi adalah diskriminasi. Diskriminasi berlaku apabila individu berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Contoh Ilustrasi : Anak kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi respon rasa takut pada setiap anjing, tapi ketika anjing galak terikat dan terkurung dalam kandang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.
E. Pelenyapan Eksperimental
Pelenyapan terjadi ketika CS terus dihadirkan mengikutkan US , maka CR secara perlahan akan lenyap. Contoh Guru yang awalnya memulai pelajaran (misalnya sains) dengan senyum dan ramah (CS) serta mengawali pelajaran dengan memberi apersepsi atau pun motivasi (US) sebelum memberikan materi pelajaran ataupun latihan soal dirasa siswa itu merupakan stimulus yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar (CR). Namun bila kemudian hari guru tersebut masuk dengan senyum dan tanpa memberikan apersepsi dan motivasi dan langsung memberikan latihan soal, maka mungkin minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat berkurang dan bila kondisi tersebut terjadi berulang-ulang dalam waktu lama, maka kemungkin besar minat siswa untuk belajar dapat hilang.Maka pada titik tersebut pelenyapan terjadi ketika CS disajikan tanpa diikuti dengan penguatan.
Secara garis besar teori belajar menurut Ivan Pavlov adalah :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
IV. Iradiasi Dan Konsentrasi
Pavlov menggunakan istilah analyser untuk mendeskripsikan jalur dari satu reseptor indrawi ke area otak tertentu. Suatu analyser terdiri dari reseptor indrawi, yang diproyeksikan ke beberapa area otak dan menimbulkan eksitasi di area itu. Pada awalnya terjadi iradiasi eksitasi dengan kata lain eksitasi ini akan meluber ke area otak lain di dekatnya dan ini yang dipakai Pavlov untuk menjelaskan generalisasi.
Pavlov juga menemukan bahwa konsentrasi adalah sebuah proses yang berlawanan dengan iridiasi, mengatur eksitasi dan hambatan. Dia menegaskan bahawa dalam situasi tertentu baik itu eksitasi maupun hambatan dikonsentrasikan pada area spesifik di otak. Proses konsentrasi ini dipakai untuk menjelaskan diskriminasi.
V. Pengkondisian Eksitatoris Dan Inhibitoris
Pavlov mengidentifikasi dua tipe umum dari pengkondisian yaitu :
1. Excitatory Conditioning / Pengkondisian Eksitatoris akan tampak ketika pasangan US dan CS menimbulkan suatu respon. Seperti yang dicontohkan Pavlov sebuah bel (CS) yang dipasangkan berulang kali dengan makanan (US) sehingga penyajian CS (bel) akan mengeluarkan air liur (CR),
2. Conditioned Inhibition / Pengkondisian Inhibitoris akan tampak ketika CS menghambat atau menekan suatu respon ( pencegahan munculnya CR karena CS ). Contohnya adalah untuk memudarkan CR berupa kebosanan siswa dalam mempelajari IPA. Dalam kondisi ini IPA adalah CS positif. Inhibitoris bisa dilakukan dengan menggabungkan IPA dengan penggunaan media. IPA dan penggunaan media merupakan CS negatif untuk mencegah munculnya CR ( kebosanan). Jadi pembelajaran IPA dengan menggunakan media dapat mencegah kebosanan.
VI. Aplikasi Teori Classical Conditioning Dalam Pendidikan
A. Pendapat Ivan Pavlov Tentang Pendidikan
Prinsip pengkondisian klasik dapat dipakai dalam dunia pendidikan, ketika kita dapat mengatakan bahwa setiap kali kejadian netral dipasangkan dengan kejadian bermakna, akan terjadi pengkondisian klasik. Ketika belajar matematika dalam dalam situasi yang menegangkan dan guru galak mungkin akan menyebabkan munculnya sikap negatif terhadap matematika seperti matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Karena aversi (perasaan tidak setuju yg disertai dorongan untuk menarik diri atau menghindar) yang kuat terhadap suatu situasi dapat muncul apabila pengalaman negatif diasosiasikan dengan situasi itu (efek garcia), jadi ketika siswa belajar matematika dalam keadaan menegangkan dan guru galak siswa dengan sendirinya akan menghindari pelajaran matematika karena kondisi kondisi dalam kelas yang buruk. Meskipun pengaruh pengkondisian klasik di dalam pendidikan cukup kuat tetapi pengaruh itu bersifat insidental (terjadi atau dilakukan hanya pd kesempatan atau waktu tertentu saja; tidak secara tetap atau rutin; sewaktu-waktu), jadi modifikasi sikap dan emosi terhadap belajar berdasarkan pengkondisian klasik harus dilakukan dengan hati-hati agar mendapatkan program pendidikan yang benar-benar efektif dan tidak berdampak negatif bagi peserta didik.
B. Aplikasi Teori Classical Conditioning Dalam Pembelajaran
Setelah banyak orang mengakui teori Paplov bermanfaat di dunia psikologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya. Menurut teori conditioning belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan rekasi (respon). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya. pemberian tanda, stimulus dan respons yang tidak dikondisikan sebagai hasil proses instingtual, sedangkan hubungan dikondisikan disebabkan latihan. Latihan menyebabkan perubahan tingkah laku, terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf, demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak hanya mengenal latihan, tetapi juga belajar (dengan konsep lain). Konsep simbol dalam belajar pada diri manusia menyebabkan perbedaan antara manusia dengan hewan. Manusia memiliki pikiran dan perasaan, bukan hanya insting seperti yang dimiliki binatang.
C. Prinsip Prinsip Teori Belajar Pengkondisian Klasik Pavlov
Prinsip prinsip belajar menurut teori Classical Conditioning adalah sebagai berikut :
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi jika ada interaksi antara organisme dengan lingkungan
3. Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons
4. Belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali atau dengan perkataan lain dan ulangan dalam hal belajar adalah penting
5. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan.
VII. Kelebihan Dan Kelemahan Classical Conditioning
Adapun kelebihan dan kekurangan conditioning klasik adalah :
A. Kelebihan
1. Cocok diterapkan untuk pembelajaran yang menghendaki penguasaan ketrampilan dengan latihan. Karena dalam teori ini menghadirkan stimulus yang dikondisikan untuk merubah tingkah laku pebelajar.
2. Memudahkan pendidik dalam mengontrol pembelajaran sebab individu tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
B. Kelemahan
1. Teori ini menganggap bahwa belajar hanyalah terjadi secara otomatis ( ketika diberi stimulus yang sudah ditentukan pebelajar langsung memberikan respon ) keaktifan pebelajar dan kehendak pribadi tidak dihiraukan
2. Teori ini juga terlalu menonjolkan peranan latihan/kebiasaan padahal individu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh luar yang menyebabkan individu cenderung pasif karena akan tergantung pada stimulus yang diberikan.
3. Teori conditioning memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. dalam teori ini, proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat perbedaan karakter fisik dan psikis yang berbeda antar keduanya. Karena manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skill (keterampilan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia
Selanjutnya ia mengembangkan dan mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan studi perilaku (behavior study) yang dikondisikan, yang kemudian dikenal dengan Classical Conditioning.Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. Jadi classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan (conditioning process).
III. Eksperimen Teori Belajar Ivan Pavlov
Dalam eksperimen ini Pavlov ingin membuktikan bahwa belajar adalah suatu pengkondisian sehingga dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka sebagai reflek “psikis“ dan tidak dapat dikendalikan seperti keluarnya air liur dalam percobaannya.
A. Refleks Yang Dikondisikan
Unsur pokok yang dibutuhkan dalam melahirkan Pengkondisian Pavlovian atau Pengkondisian Klasik adalah
1. Unconditioned Stimulus( US ) / Stimulus yang tak dikondisikan untuk menimbulkan respon alamiah atau otomatis dari organisme.
2. Uncoditioned Response ( UR ) / Respon yang tak dikondisikan atau respon alamiah yang timbul akibat adanya stimulus yang tak dikondisikan ( US ).
3. Conditioned Stimulus ( CS ) / Stimulus yang dikondisikan merupakan stimulus netral yang tidak menimbulkan respon alamiah atau otomatis pada organisme.
4. Conditioned Response ( CR ) / Respon yang dikondisikan yang timbul akibat adanya campuran atau kombinasi antara stimulus yang tak dikondisikan dengan stimulus yang dikondisikan.
Untuk memproduksi CR maka CS dan US harus dipasangkan beberapa kali. Prosedur ini digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Prosedur training : CS – US – UR
Demonstrasi Pengkondisian : CS ( disajikan sendiri ) – CR
Pavlov mencontohkan pengkondisian tersebut US adalah larutan asam, UR adalah air liur dan CS adalah suara. Suara, tentu saja secara normal tidak akan menyebabkan anjing berliur, tetapi setelah dipasangkan dengan larutan asam, suara memiliki kemampuan untuk menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Pengeluaran air liur akibat mendengarkan suara adalah CR.
Contoh lainnya dalam pembelajaran
Ketika praktik didalam laboratorium guru menyuruh siswa membuka aplikasi excell (US), dan guru mengetik pada excell (CS)kemudian siswa membuka aplikasi excell seperti yang diperintahkan guru dan mengetik sesuai dengan contoh (UR), dan perilaku tersebut dilakukan guru dalam dua pertemuan, ketika pertemuan ke tiga guru langsung mengetik dokumen pada excell (CS) dan secara langsung siswa mengikuti membuka aplikasi excell dan mengetik di excell tanpa disuruh (CR). Seandainya CS tidak dipasangkan dengan US maka siswa akan kebingungan dan bertanya maksud guru mengetik seperti yang dicontohkan.
Sehingga Pavlov berpendapat bahwa UR dan CR selalu merupakan jenis respons yang sama jika UR adalah keluarnya air liur maka CR juga keluarnya air liur atau siswa yang mengikuti guru membuka aplikasi excell dan mengetik di excell.
B. Pengkondisian Tingkat Tinggi
Setelah CS dipasangkan dengan US beberapa kali, ia dapat dipakai seperti US. Dalam artian CS setelah dipasangkan beberapa kali dengan US, CS akan mengembangkan penguatan sendiri dan dapat dipasangkan dengan CS kedua untuk menghasilkan CR.
Contoh: Kedipan cahaya (CS) dengan penyajian makanan (US) setelah beberapa kali dipasangkan penyajian cahaya saja akan menyebabkan anjing mengeluarkan liur sebagai respon yang dikondisikan (CR). Sekarang kedipan cahaya itu (CS1) sudah dapat menimbulkan air liur dan dapat dipasangkan dengan CS kedua misal suara dengungan dan dikondisikan sama dengan awal. Suara dengungan disajikan (CS2) dan kemudian disajikan cahaya,tetapi dalam pengkondisian kedua penyajian makanan (US) sudah tidak dipakai. Setelah beberapa kali dipasangkan dengungan suara (CS2) saja sudah menyebabkan hewan mengeluarkan air liur.
Contoh lainnya dalam pembelajaran: Ketika praktik guru menyuruh siswa membuka aplikasi excell (US), dan guru mengetik pada excell (CS)kemudian siswa membuka aplikasi excell seperti yang diperintahkan guru dan mengetik sesuai dengan contoh (UR), dan perilaku tersebut dilakukan guru dalam dua pertemuan, ketika pertemuan ke tiga guru langsung mengetik dokumen pada excell (CS) dan secara langsung siswa mengikuti membuka aplikasi excell dan mengetik di excell tanpa disuruh (CR). Seandainya CS tidak dipasangkan dengan US maka siswa akan kebingungan dan bertanya maksud guru mengetik seperti yang dicontohkan. Pada pertemuan ke empat Guru langsung menyampaikan melanjutkan materi berikutnya (Sebagai CS baru / CS2) dan Guru langsung mengetik di excell (CS1), tanpa menyuruh siswa membuka aplikasi excell (US), setelah dilakukan dalam dua pertemuan, pada pertemuan berikutnya ketika guru menyampaikan materi berikutnya secara spontan siswa langsung membuka excell kemudian mengetik seperti apa yang dicontohkan guru.
Dalam contoh diatas CS pertama dipakai seperti US yang berfungsi menghasilkan respons yang dikondisikan. Dan ini dinamakan pengkondisian tingkat kedua. CS pertama secondary reinforcer (penguat sekunder) yang digunakan untuk mengkondisikan stimulus baru, karena penguat sekunder (CS 1) tidak dapat berkembang tanpa US, maka US dinamakan primary reinforcer (penguat primer).
C. Generalisasi
Rangsangan yang sama akan menghasilkan tindak balas yang sama. Ilustrasi dari Generalisasi seorang anak kecil merasa sangat takut pada anjing besar dan galak. Tentu anak tersebut akan memberi respon rasa takut pada semua anjing Tapi melalui penguatan rentang stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak saja. Dalam kasus ini ketika anak kecil tersebut melihat anjing berukuran agak besar anak tersebut sedikit takut karena tidak terlalu galak tetapi ketika melihat anjing yang berukuran besar maka anak kecil tersebut semakin sangat takut karena dia merasa anjing tersebut galak. Jadi semakin mendekati stimulus maka respon semakin besar
D. Diskriminasi
Lawan dari generalisasi adalah diskriminasi. Diskriminasi berlaku apabila individu berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Contoh Ilustrasi : Anak kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi respon rasa takut pada setiap anjing, tapi ketika anjing galak terikat dan terkurung dalam kandang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.
E. Pelenyapan Eksperimental
Pelenyapan terjadi ketika CS terus dihadirkan mengikutkan US , maka CR secara perlahan akan lenyap. Contoh Guru yang awalnya memulai pelajaran (misalnya sains) dengan senyum dan ramah (CS) serta mengawali pelajaran dengan memberi apersepsi atau pun motivasi (US) sebelum memberikan materi pelajaran ataupun latihan soal dirasa siswa itu merupakan stimulus yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar (CR). Namun bila kemudian hari guru tersebut masuk dengan senyum dan tanpa memberikan apersepsi dan motivasi dan langsung memberikan latihan soal, maka mungkin minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat berkurang dan bila kondisi tersebut terjadi berulang-ulang dalam waktu lama, maka kemungkin besar minat siswa untuk belajar dapat hilang.Maka pada titik tersebut pelenyapan terjadi ketika CS disajikan tanpa diikuti dengan penguatan.
Secara garis besar teori belajar menurut Ivan Pavlov adalah :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
IV. Iradiasi Dan Konsentrasi
Pavlov menggunakan istilah analyser untuk mendeskripsikan jalur dari satu reseptor indrawi ke area otak tertentu. Suatu analyser terdiri dari reseptor indrawi, yang diproyeksikan ke beberapa area otak dan menimbulkan eksitasi di area itu. Pada awalnya terjadi iradiasi eksitasi dengan kata lain eksitasi ini akan meluber ke area otak lain di dekatnya dan ini yang dipakai Pavlov untuk menjelaskan generalisasi.
Pavlov juga menemukan bahwa konsentrasi adalah sebuah proses yang berlawanan dengan iridiasi, mengatur eksitasi dan hambatan. Dia menegaskan bahawa dalam situasi tertentu baik itu eksitasi maupun hambatan dikonsentrasikan pada area spesifik di otak. Proses konsentrasi ini dipakai untuk menjelaskan diskriminasi.
V. Pengkondisian Eksitatoris Dan Inhibitoris
Pavlov mengidentifikasi dua tipe umum dari pengkondisian yaitu :
1. Excitatory Conditioning / Pengkondisian Eksitatoris akan tampak ketika pasangan US dan CS menimbulkan suatu respon. Seperti yang dicontohkan Pavlov sebuah bel (CS) yang dipasangkan berulang kali dengan makanan (US) sehingga penyajian CS (bel) akan mengeluarkan air liur (CR),
2. Conditioned Inhibition / Pengkondisian Inhibitoris akan tampak ketika CS menghambat atau menekan suatu respon ( pencegahan munculnya CR karena CS ). Contohnya adalah untuk memudarkan CR berupa kebosanan siswa dalam mempelajari IPA. Dalam kondisi ini IPA adalah CS positif. Inhibitoris bisa dilakukan dengan menggabungkan IPA dengan penggunaan media. IPA dan penggunaan media merupakan CS negatif untuk mencegah munculnya CR ( kebosanan). Jadi pembelajaran IPA dengan menggunakan media dapat mencegah kebosanan.
VI. Aplikasi Teori Classical Conditioning Dalam Pendidikan
A. Pendapat Ivan Pavlov Tentang Pendidikan
Prinsip pengkondisian klasik dapat dipakai dalam dunia pendidikan, ketika kita dapat mengatakan bahwa setiap kali kejadian netral dipasangkan dengan kejadian bermakna, akan terjadi pengkondisian klasik. Ketika belajar matematika dalam dalam situasi yang menegangkan dan guru galak mungkin akan menyebabkan munculnya sikap negatif terhadap matematika seperti matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Karena aversi (perasaan tidak setuju yg disertai dorongan untuk menarik diri atau menghindar) yang kuat terhadap suatu situasi dapat muncul apabila pengalaman negatif diasosiasikan dengan situasi itu (efek garcia), jadi ketika siswa belajar matematika dalam keadaan menegangkan dan guru galak siswa dengan sendirinya akan menghindari pelajaran matematika karena kondisi kondisi dalam kelas yang buruk. Meskipun pengaruh pengkondisian klasik di dalam pendidikan cukup kuat tetapi pengaruh itu bersifat insidental (terjadi atau dilakukan hanya pd kesempatan atau waktu tertentu saja; tidak secara tetap atau rutin; sewaktu-waktu), jadi modifikasi sikap dan emosi terhadap belajar berdasarkan pengkondisian klasik harus dilakukan dengan hati-hati agar mendapatkan program pendidikan yang benar-benar efektif dan tidak berdampak negatif bagi peserta didik.
B. Aplikasi Teori Classical Conditioning Dalam Pembelajaran
Setelah banyak orang mengakui teori Paplov bermanfaat di dunia psikologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya. Menurut teori conditioning belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan rekasi (respon). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya. pemberian tanda, stimulus dan respons yang tidak dikondisikan sebagai hasil proses instingtual, sedangkan hubungan dikondisikan disebabkan latihan. Latihan menyebabkan perubahan tingkah laku, terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf, demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak hanya mengenal latihan, tetapi juga belajar (dengan konsep lain). Konsep simbol dalam belajar pada diri manusia menyebabkan perbedaan antara manusia dengan hewan. Manusia memiliki pikiran dan perasaan, bukan hanya insting seperti yang dimiliki binatang.
C. Prinsip Prinsip Teori Belajar Pengkondisian Klasik Pavlov
Prinsip prinsip belajar menurut teori Classical Conditioning adalah sebagai berikut :
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi jika ada interaksi antara organisme dengan lingkungan
3. Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons
4. Belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali atau dengan perkataan lain dan ulangan dalam hal belajar adalah penting
5. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan.
VII. Kelebihan Dan Kelemahan Classical Conditioning
Adapun kelebihan dan kekurangan conditioning klasik adalah :
A. Kelebihan
1. Cocok diterapkan untuk pembelajaran yang menghendaki penguasaan ketrampilan dengan latihan. Karena dalam teori ini menghadirkan stimulus yang dikondisikan untuk merubah tingkah laku pebelajar.
2. Memudahkan pendidik dalam mengontrol pembelajaran sebab individu tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
B. Kelemahan
1. Teori ini menganggap bahwa belajar hanyalah terjadi secara otomatis ( ketika diberi stimulus yang sudah ditentukan pebelajar langsung memberikan respon ) keaktifan pebelajar dan kehendak pribadi tidak dihiraukan
2. Teori ini juga terlalu menonjolkan peranan latihan/kebiasaan padahal individu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh luar yang menyebabkan individu cenderung pasif karena akan tergantung pada stimulus yang diberikan.
3. Teori conditioning memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. dalam teori ini, proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat perbedaan karakter fisik dan psikis yang berbeda antar keduanya. Karena manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skill (keterampilan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar